Rabu, 25 Maret 2015

Agama Hindu








A.    PENDAHULUAN

R.Antoine berpendapat, sangatlah sulit untuk mendefinisikan arti Hinduisme, karena “Hinduisme bukanlah satu agama dengan syahadat tunggal yang harus dipatuhi oleh semua orang. Hinduisme lebih merupakan sebuah federasi berbagai pendekatan terhadap realitas yang berada dibalik kehidupan”. Selain pluralitas doktrin, aliran serta latihan, ada dua unsur yang membuat elaborasi definisi menjadi sulit. Pertama, Hinduisme tidak memiliki pendiri seperti dalam agama Buddihisme, Kristen, dan Islam. kedua, Hinduisme tidak memiliki tubuh otoritas yang merumuskan batas-batas dogma.[1]
B.     PEMBAHASAN
1.    SEJARAH AGAMA HINDU
Agama Hindu adalah agama tertua didunia dan agama terbesar ketiga didunia setelah agama Kristen dan Islam.Agama Hindu lahir dan berkembang pertama kalinya dilembah sungai suci Sindhu di India. Agama Hindu adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan sebangsa Indo-Iran (Arya).
Sebelum kata “Hindu” dan “Hinduisme” diterima, ada istilah-istilah yang diperkenalkan oleh orang asing, yakni: orang Persia, Yunani dan Inggris. Umat Hindu menyebut tradisi mereka sebagai Vaidika Dharma, Artinya Dharmanya weda.[2]
Dalam bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu  (Bahasa Sanskerta).  Dalam Reg Weda, bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah dengan tujuh sungai di barat daya anak benua India, yang salah satu sungai tersebut bernama sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kata Hapta-Hendu yang termuat dalam  Zend Avesta (sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran). Awalnya kata Hindu itu sendiri merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu. Hindu sendiri sebenarnya baru terbentuk setelah Masehi ketika beberapa kitab dari Weda yang digenapi oleh para brahmana. Pada zaman munculnya agama Buddha, agama Hindu sama sekali belum muncul semuanya masih mengenal sebagai ajaran Weda.[3]
Riwayat Hinduisme yang diketahui paling dini terdapat pada peradaban Lembah Sungai Indus. Kata itu sendiri berasal dari bahasa Sansekerta untuk Sungai Indus.Kata Sidddhuyang oleh bangsa Persia kuno diucapkan sebagai “Hindu”. Tidak lama sebelumnya kata itu digunakan untuk menyebut semua bangsa India pada umumnya, tetapi sekarang kata itu hanya digunakan untuk menyebut pengikut Hinduisme.[4]
Penganut agama Hindu sebagian besar terdapat di anak benua India. Di sini terdapat sekitar 90% penganut agama ini. Agama ini pernah tersebar di Asia Tenggara sampai kira-kira abad ke-15, lebih tepatnya pada masa keruntuhan Majapahit. Mulai saat itu agama ini digantikan oleh agama Islam dan juga Kristen. Pada masa sekarang, mayoritas pemeluk agama Hindu di Indonesia adalah masyarakat Bali, selain itu juga yang tersebar di pulau Jawa, Lombok, Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi (Toraja dan Bugis - Sidrap).[5]
Agama ini timbul dari bekas–bekas runtuhan ajaran–ajaran Weda dengan mengambil pokok pikiran dan bentuk–bentuk rupa India purbakala dan berbagai kisah dongeng yang bersifat rohani yang telah tumbuh disemenanjung itu sebelum kedatangan bangsa Arya. Dengan sebab ini para peneliti menganggap Agama Hindu sebagai kelanjutan dari ajaran – ajaran Weda dan menjadi bagian dari proses evolusinya. Menurut para sarjana, agama hindu terbentuk dari campuran antara agama India asli dengan agama atau kepercayaan bangsa Arya.[6]
Sejarah agama Hindu dimulai dari zaman perkembangan kebudayaan–kebudayaan besar di Mesopotamia dan Mesir. Antara tahun 3000 dan 2000 SM dilembaga sungai Indus sudah ada bangsa–bangsa yang peradapannya menyerupai kebudayaan bangsa Sumeria di daerah sungai Eufrat dan Tigris, dan selain itu juga terdapat peradapan yang sama di sepanjang pantai dari laut Tengah sampai ke Teluk Benggal. Penduduk India pada zaman itu terkenal sebagai bangsa Dravida. Bangsa Dravida adalah bangsa yang berkulit hitam dan berhidung pipih, berperawakan kecil dan berambut keriting. Sebelum masuknya agama Hindu. System kepercayaannya seperti orang meditasi, bertapa mengembara, selimbat (tidak menikah), melatih fikiran, mencari jalan kematian dan kelahiran (mencapai kebebasan)
Sekitar tahun 2000-1000 SMbangsa Arya mulai masuk ke India. Bangsa Arya adalah kaum yang memisahkan diri dari bangsanya di Iran dan memasuki India melalui jurang-jurang pegunungan Hindu Kush. Bangsa Arya ini tergolong  serumpun dengan bangsa Indo-german. Setelah datang di India mereka menetap didataran sungai Sindhu yang pada zaman itu daerahnya masih subur.Pada awalnya sebelum masuknya Agama Hindu, bangsa Arya belum mengenal sistem kepercayaan yang mapan dan terorganisir. Mereka melakukan pemujaan-pemujaan yang ditujukan pada fenomena-fenomena alam, seperti; sungai, gunung dan pegunungan, laut, halilintar, matahari, bulan bintang, batu-batu besar, pohon-pohon besar, dan lain-lain. Tetapi terkadang fenomena alam menjadi sesuatu yang menakutkan bagi mereka, yang mereka anggap alam menjadi marah, murka, bahkan mengamuk. Dengan pengalaman tersebut, mereka memulai melakukan pemujaan-pemujaan terhadap fenomena-fenomena alam tersebut bertujuan untuk menentramkan fenomena-fenomenaalam yang mereka anggap sebagai penganggu. Bangsa Arya mempunyai tahap-tahap dalam system keprcayaan yaitu:
a.       Totheisme atau Totemisme atau Antrophomorphisme, adalah tahap di mana persembahan yang mereka berikan masih sangat sederhana kepada fenomena-fenomena alam (sungai, batu, guning, pohon, dan sebagainya).
b.      Polytheisme, pada tahap ini mereka beranggapan bahwa fenomena-fenomena alam tersebut dianggap memiliki suatu kekuatan dan mereka menganggapnya sebagai dewa. Mereka mulai memuja dewa-dewa seperti; Dewa Air (Baruna), Dewa Matahari (Suriya), Dewa Angin (Bayu), dan lain-lain.
c.       Henotheisme, di tahap ini mereka cenderung memfavoritkan pada dewa-dewa tertentu untuk suatu periode, sehingga kefavoritan menjadi berganti-ganti unutk satu periode sesuai dengan keadaan. Bila pada musim kemarau, mereka memuja dan memfavoritkan kepada Dewa Hujan, pada musim bercocok tanam mereka memuja Dewa Air, dan sebagainya.
d.      Monotheisme, pada tahap ini mereka hanya memuja pada satu dewa yang mereka kenal sebagai dewa pencipta segalanya (Pajapati), mereka beranggapan bahwa Pajapati adalah sebagai pencipta alam semesta. Pajapati sering dianggap sebagai dewa yang bertugas menciptakan semua hal dan kemudian berkembang gagasan tentang Brahma. Dari tahap Antrophomorphisme, Polytheisme, kemudian tahap Henotheisme, sampai pada tahap Monotheisme itu disebut tahap Yadnya Marga atau Karma Marga, karena mereka cenderung masih melakukan upacara-upacara persembahan atau upacara kurban dengan tujuan agar mendapatkan berkah, pahala, kebahagiaan, dan keselamatan.
e.         Monisme atau Pantheisme, adalah tahap di mana mereka tidak lagi menyembah dewa-dewa. Mereka meyakini atau berprinsip bahwa ada suatu sumber dari segala sesuatu, yaitu yang mereka namakan sebagai Roh Universal (Maha Atman). Dan mereka juga meyakini bahwa setiap benda atau bentukan memiliki Roh Individu yang mereka namakan Puggala Atman. Di tahap ini yang semakin berkembang mereka melakukan suatu pencarian, bagaimana agar Puggala Atman dapat bersatu dengan Maha Atman.[7]
Setelah Bangsa Arya jauh memasuki India sampai di tepi sungai Gangga dan sampai disebelah selatan, maka disitulah mereka makin bercampur dengan bangsa Dravida dan dengan demikian terwujudlah suatu kesatuan. Berkat peleburan kebudayaan Dravida yang tua dengan kebudayaan Arya, maka terjadilah kemudian kebudayaan India.[8]
2.      PUSTAKA SUCI
Ajaran agama dalam Hindu didasarkan pada kitab suci atau susastra suci keagamaan yang disusun dalam masa yang amat panjang dan berabad-abad, yang mana di dalamnya memuat nilai-nilai spiritual keagamaan berikut dengan tuntunan dalam kehidupan di jalan dharma.
Di antara susastra suci tersebut, Weda merupakan yang paling tua dan lengkap, yang diikuti dengan Upanishad sebagai susastra dasar yang sangat penting dalam mempelajari filsafat Hindu. Sastra lainnya yang menjadi landasan penting dalam ajaran Hindu adalah Tantra, Agama dan Purana serta kedua Itihasa (epos), yaitu Ramayana dan Mahabharata. Bhagawadgita adalah ajaran yang dimuat dalam Mahabharata, merupakan susastra yang dipelajari secara luas, yang sering disebut sebagai ringkasan dari Weda.
Hindu meliputi banyak aspek keagamaan, tradisi, tuntunan hidup, serta aliran/sekte. Umat Hindu meyakini akan kekuasaan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Brahman dan memuja Brahma, Wisnu atau Siwa sebagai perwujudan Brahman dalam menjalankan fungsi sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur alam semesta.
Secara umum, pustaka suci Hindu dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kitab Sruti dan kelompok kitab Smerti.
 Sruti berarti "yang didengar" atau wahyu. Yang tergolong kitab Sruti adalah kitab-kitab yang ditulis berdasarkan wahyu Tuhan, seperti misalnya Weda, Upanishad, dan Bhagawadgita. Dalam perkembangannya, Weda dan Upanishad terbagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil, seperti misalnya Regweda dan Isopanishad. Kitab Weda berjumlah empat bagian sedangkan kitab Upanishad berjumlah sekitar 108 buah.
Smerti berarti "yang diingat" atau tradisi. Yang tergolong kitab Smerti adalah kitab-kitab yang tidak memuat wahyu Tuhan, melainkan kitab yang ditulis berdasarkan pemikiran dan renungan manusia, seperti misalnya kitab tentang ilmu astronomi, ekonomi, politik, kepemimpinan, tata negara, hukum, sosiologi, dan sebagainya. Kitab-kitab smerti merupakan penjabaran moral yang terdapat dalam kitab Sruti.
KITAB SUCI WEDA
Bangsa Arya yang menduduki India dengan membawa kebudayaan yang tinggi lama-kelamaan menduduki seluruh dataran sungai Indus dan Gangga. Daerah ini mereka namakan Aryavarta, yang artinya tanah bangsa Arya, atau Hindustan yang artinya negeri orang Hindu. Mereka memilki suatu agama yang didasarkan pada kitab-kitab Weda. Kitab suci weda lambat laun menjadi sumber sejarah dan agama, dasar susunan masyarakat dan undang-undang.[9]
Weda memiliki nilai sejarah yang besar karena sastra keagamaan ini mencerminkan kehidupan bangsa Arya di India dalam zaman yang lampau dan tempat menetap mereka yang baru. Didalamnya ada cerita mengenai mereka , tentang pemukiman, agama, politik, kehidupan mereka. Kitab Weda dibagi menjadi empat bagian yaitu:[10]
a.       Rigweda. Ini adalah kitab yang termashur, terpenting dan paling lengkap di antara keempat kitab weda. kitab ini mengandung 1.017 buah nyanyian agama yang digubah untuk dinyanyikan oleh para pengikutnya di depan tuhan-tuhan. Diantara tuhan-tuhan yang masyhur yang ada disebutkan didalamnya adalah agni,yaitu tuhan api, tuhan varuna dan tuhan surya.Sampai sekarang ini orang-orang Hindu masih terus menyanyikan lagu-lagu dari Rigweda. Mereka membacanya di dalam sembahyang, diwaktu berqurban. Kitab ini juga merupakan kitab tertua diantara keempat kitab weda, karena kitab ini disusun mulai bangsa Arya yang menduduki daerah Punjab.
b.      Samaweda. Samaweda ini tidak setebal Rigweda. isinya titi-suara dari nyanyian-nyanyian pujaan, perkataan-perkataan yang kebanyakan diambil dari Rigweda. Nyanyian-nyanyian ini biasanya dilagukan oleh para penyanyi ketika sedang menjalankan upacara ritual dan pembacaan doa didalam pura.
c.       Atharweda. Kitab ini mengandung beberapa uraian tentang mantra-mantra untuk sihir, kekuatan-kekuatan ghaib, dan kepercayaan-kepercayaan yang menyatu dengan saduran purbakala.
d.      Yazurweda. Kitab ini mengandung ayat-ayat prosa, puisi yang dibaca oleh para pendeta ketika menyerahkan korban-korban.
Berhubung dengan sifatnya ini yang sangat berbeda dan dianggap lebih rendah dari ketiga weda lainnya, maka pada mulanya Atharweda tidak diakui sebagai Weda oleh golongan para pendeta. Itulah sebabnya maka ada istilah “trayiwidya”(tiga weda=Rig, sama, dan yayurweda) dan “caturweda” (empat weda dari ketiga itu dan ditambah dengan Atharweda).[11]
Kitab-kitab yang ditulis setelah kitab weda merupakan kitab lanjutan dari kitab-kitab ini, seperti: kitab Brahman, Samhita, Aranyka, dan Upanishad.
3.      PERATURAN KASTA MENURUT AGAMA HINDU
Perbedaan susunan masyarakat Hindu dari masyarakat lain di dunia adalah karena adanya golongan-golongan yang eksklusif dan berdiri sendiri dalam masyarkat mereka. Golongan ini dinamakan kasta. Setiap kasta memiliki kedudukan sosial yang sangat tajam batas-batasnya. Hanyalah asal kelahiran yang menentukan kedudukan suatu golongan dan seseorang dalam masyarkat Hindu. Golongan-golongan kasta yang terutama adalah sebagai berikut:[12]
a.       Brahmana yang terdiri dari golongan pendeta, orang suci, pemuka agama dan rohaniwan
b.      Ksatria : golongan para raja, adipati, patih, menteri, dan pejabat negara
c.       Waisya : golongan para pekerja di bidang ekonomi
d.      Sudra : golongan para pembantu ketiga golongan di atas.
Peraturan kasta ini masih terus berlaku di negara India dan mereka tidak diizinkan berhubungan satu sama lainnya. Misalnya dalan perkawinan antara orang-orang dari kasta yang berlainan.
4.      TUJUAN HIDUP
Tujuan agama Hindu yang dirumuskan sejak weda mulai diwahyukan adalah “Moksartham Jagadhitaya ca iti dharma”yang artinya bahwa agama bertujuan untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani atau kebahagiaan secara lahir dan batin. Tujuan ini secara rinci disebutkan dalam Catur Purusa Artha yakni empat tujuan hidup manusia yakni:
a.       Dharma yang berarti kebenaran dan kebajikan yang menuntun umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan.
Dharma memiliki kedudukan yang terpenting dalam catur purusa artha, karena dharmalah yang menuntun manusia untuk mendapatkan kebahagiaan sejati. Dengan jalan dharma pula manusia dapat mencapai surga, sebagaimana ditegaskan dalam kitab weda (S.S.14) sebagai berikut:
Dharma ewa plawo nanyah swargam samabhiwanchatam
Sa ca naurpwani jastatam jala dhen paramicchatah
Artinya: yang disebut dharma adalah merupakan jalan pergi ke surga, sebagai halnya perahu yang merupakan alat bagi saudagar untuk mengarungi lautan.
b.      Artha yang berarti benda-benda atau materi yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan hidup manusia.
c.       Kama yang berarti hawa nafsu.keinginan, kenikmatan untuk mencari kesenangan hidup.
d.      Mokhsa yang berarti kebahagiaan yang tertinggi atau pelepasan.
5.      DEWA- DEWI HINDU
Dalam ajaran agama Hindu, Dewa adalah makhluk suci, makhluk supernatural, penghuni surga, setara dengan malaikat, dan merupakan manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Kata “dewa” berasal dari kata “div” yang berarti “bersinar”.Dalam kitab suci Reg Weda, Weda yang pertama, disebutkan adanya 33 Dewa, yang mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut merupakan manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Di antara Dewa-Dewi dalam agama Hindu, yang paling terkenal sebagai suatu konsep adalah: Brahma, Wisnu, Syiwa. Mereka disebut TrimurSti.[13]
a.       Brahma
Dewa Brahma memiliki empat buah kepala yang melihat ke segala penjuru. Ini adalah salah satu tanda kebijaksanaannya. Ialah pencipta segala sesuatu.
b.      Wisnu
Menurut  kepercayaan Hindu, Wisnu mennjelma sepuluh kali untuk menolong dunia ini. Kesepuluh dari penjelmaan itu antara lain: ikan, kura-kura, babi, singa berkepala manusia, kurcaci, parasuratna, rama, krisna, budha gautama, dan kalki.
Semua penjelmaan ini gunanya untuk menolong dunia dan manusia.
c.       Syiwa
Dewa syiwa diwujudkan sebagai seorang pengemis kayangan dan selalu berkeliaran di tempat-tempat pembakaran mayat dan di gurun pasir. Ia dikenal sebagai dewa pembinasa.
Dalam kitab-kitab Weda dinyatakan bahwa para Dewa tidak dapat bergerak bebas tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa juga tidak dapat menganugerahkan sesuatu tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa, sama seperti makhluk hidup yang lainnya, bergantung kepada kehendak Tuhan. Filsafat Advaita (yang berarti: “tidak ada duanya”) menyatakan bahwa tidak ada yang setara dengan Tuhan dan para Dewa hanyalah perantara antara beliau dengan umatnya.
6.      PENGAJARAN AGAMA
Seoranganak yang beragama Hindu telah paham akan peraturan-peraturan dalam Hinduisme. Hal ini disebabkan karena hidup seorang Hindu itu telah terjalin di dalam agamanya. Hidupnya tidak dapat dipisahkan dari paham hindu itu sendiri.
a.       Lembu
Seorang Hindu memandang lembu adalah sebagai binatang yang suci. Mereka menghormati dan memujanya. Serta melarang untuk menyembelihnya. Di dalam Weda ada tulisan tentang kesucian lembu dan pemujaanya dan hingga sekarang.[14] Membunuh seekor lembu sama dosanya dengan membunuh seorang Brahma. Dan memakan daging lembu dianggap lebih kejam dari pada makan daging manusia.  Selain lembu, ular juga dipandang sebagai hewan yang suci. Pemujaan pada ular ini dilakukan di India Selatan dan Benggala.
       Pohon banyak dianggap juga suci oleh orang Hindu. Dibawah pohon inilah para pujangga mendengarkan cerita yang terkenal dalam kesustraan Hindu.
b.      Tempat-tempat suci
Tempat suci yang terutama adalah Benares. Kota ini dipandang suci karena menjadi tempat dewa Syiwa.
c.       Kesucian sungai Gangga
Sungai ini dianggap sebagai sungai yang suci karena airnya dapat mensucikan segala dosa. Sedangkan tulang dan abu dari seorang mayat yang sudah dibakar dan dilemparkan kedalamnya menyebabkan arwahnya terus masuk kedalam surga. Dan ditepi sungai inilah kota Benares berada.
d.       Surga dan neraka
Gunung dewata Mahameru dianggap tempat tinggal Dewa-dewa, diatas Mahameru itulah letaknya surga. Adapun neraka terdapat dibawah bumi dan dikuasai oleh Yama (Dewa maut yang memberi keputusan tentang kedudukan orang ).
7.      KEYAKINAN DALAM AGAMA HINDU
Hindu seringkali dianggap sebagai agama yang beraliran politeisme karena memuja banyak Dewa, namun tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam agama Hindu, Dewa bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu, Adwaita Wedanta menegaskan bahwa hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman), yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk.
Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yakni:
a.        Widhi Tattwa yaitu percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya.
b.      Atma Tattwa yaitu percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk.
c.       Karmaphala Tattwa yaitu percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan.
d.      Punarbhava Tattwa yaitu percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi).
e.        Moksa Tattwa yaitu percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia.
8.      TATA CARA AGAMA HINDU DI BALI[15]
a.       Tempat peribadatan
Tempat peribadatan di Bali itu bermacam-macam bergantung menurut keperluan ketika mendirikanya. Seperti sanggar, pura, dewa laya, dewa griha, penataran dan kesemuannya merupakan penunggal dalam pemujaan. Ada bemacam-macam pura yaitu:
·         Pura untuk persatuan sanak saudara yang disebut dengan sanggar (sanggah, langgar, paramajan, kawitan, hibu)
·         Pura untuk persatuan penduduk satu desa yang disebut dengan subak, mesceti atau empelan.
·         Pura untuk persatuan penduduk satu peraja yang disebut dengan sadah hyangan, penatran atau pesaki.
b.      Yadnya
Agama hindu adalah agama beryadnya (berqurban) artinya agama yang banyak sekali mementingkan upacara qurban. Secara garis besarnya yadnya itu dibedakan menjadi lima macam yaitu: Dewa yadnya,   Reshi Yadnya, Manushya Yadnya, Pitra Yadnya dan Buta Yadnya.
c.       Sakramen
Upacara sakramen (samskara upacara) adalah upacara  yang setidak-tidaknya harus dilakukan oleh setiap anggota keluarga hindu. Upacara ini memiliki arti simbolis saja. Upacara sakramen ini juga termasuk dalam upacara manushya yadnya, yang seharusnya menjadi perhatian bagi setiap anggota keluarga hindu yang telah berumah tangga. Upacara ini meliputi: Upacara kelahiran, pemberian nama upacara kematian dsb.
d.      Hari-hari raya
Agama hindu memiliki banyak hari-hari raya (hari suci) yang wajib diperhatikan oleh ummatnya. Adapun hari-hari raya yang penting ialah:
·         Hari raya galungan ( hari kebangkitan menentang penderitaan).
·         Hari raya kuningan (hari kemenangan dan kepahlawanan).
·         Hari raya sarwaswati (hari turunnya ayat-ayat kitab suci atau hari lahirnya weda di dunia).
·         Hari raya siwaratri (hari penebusan dosa).
·         Hari raya Nyepi atau tahun baru saka.
DAFTAR PUSTAKA

·         Matius Ali, Filsafat India Sebuah Pengantar Hinduisme & Buddihisme, Sanggar Luxor, karang mulya 2010.
·         Ali, A. Mukti. Agama-Agama Dunia. Yogyakarta: IAIN sunan Kalijaga Press, 1988.
·         id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu
·         Drs.Moh.Rifa’i, Perbandingan Agama, Penerbit Wicaksana : Semarang,1984.
·         Prof.Dr.Ahmad Shalaby, Perbandingan Agama (Agama-agama Besar di India), Penerbit PT Bumi Aksara:Jakarta,2001.
·         Keene, Michael. Agama-Agama Dunia. Yogyakarta: Kansius, 2006.

[1] Matius Ali, Filsafat India Sebuah Pengantar Hinduisme & Buddihisme, Sanggar Luxor, Karang Mulya 2010, cet:1, hal.15.
[2]Matius Ali,op.cit., hal.3-4.
[3]id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu
[4]Michael Keene, Agama-Agama Dunia, Kansius, Yogyakarta 2006, hal.10.
[5]id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu
[6]Ali, A. Mukti. Agama-Agama Dunia. Yogyakarta: IAIN sunan Kalijaga Press,1988,hal.93-94.
[8]Drs.Moh.Rifa’i, Perbandingan Agama, Penerbit Wicaksana : Semarang,1984,hal.77-78.
[9]Drs.Moh.Rifa’i,op.cit., hal.78.                 
[10]Prof.Dr.Ahmad Shalaby, Perbandingan Agama (Agama-agama Besar di India), Penerbit PT Bumi Aksara:Jakarta,2001,hal.21-23.
[11]Drs.Moh.Rifa’i, Perbandingan Agama, Penerbit Wicaksana : Semarang,1984,hal.79.
[12]Drs.Moh.Rifa’i,op.cit.,hal.79-80.
[13]Drs.Moh.Rifa’i, Perbandingan Agama, Penerbit Wicaksana : Semarang,1984,hal.84-86.
[14]Prof.Dr.Ahmad Shalaby, Perbandingan Agama (Agama-agama Besar di India), Penerbit PT Bumi Aksara:Jakarta,2001,hal.11-12.
[15]Drs.Moh.Rifa’i, Perbandingan Agama, Penerbit Wicaksana : Semarang,1984,hal.127-131.